DomaiNesia

Sabtu, 17 Juli 2021

Idi: Faskes Ri Hadapi 'Functional Collapse', Nakes Digempur Terus

Sejumlah tenaga kesehatan berlangsung menuju ruang perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC), Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Rabu (5/5/2021). Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet, Letkol Laut (K) Muhammad Arifin menyampaikan tidak akan menghemat jumlah tenaga kesehatan selama masa Idulfitri 2021, hal tersebut untuk mengantisipasi peningkatan kendala COVID-19 dari penduduk  yang tetap menjalankan pulang kampung meski adanya larangan pemerintah sama menyerupai periode tahun lalu. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj. Foto: ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT

Jakarta -

Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi mengungkap kondisi COVID-19 di Indonesia tengah 'functional collapse'. Artinya, secara fungsi kepraktisan kesehatan telah di fase kolaps.

Misalnya, jumlah tenaga kesehatan yang mulai terbatas hingga pasokan obat dan stok alat kesehatan yang lain yang juga perlu terus ditambah alasannya merupakan seruan yang membludak. Sementara, menurut dia, kepraktisan kesehatan menyerupai wilayah tidur masih sanggup ditambah umpamanya pemasangan tenda-tenda untuk merawat pasien COVID-19.

"Kondisi ketika ini memang keadaan yang sungguh-sungguh cukup mengkhawatirkan, aku senantiasa sampaikan, bahwa kita dalam keadaan yang dihadapkan dengan functional collapse, bukan structural collapse," sebut Adib dalam pertemuan pers dalam kanal YouTube, PERSI Jumat (16/7/2021).

"Karena IGD-nya masih ada, sanggup dibentuk tenda, sanggup ditambah wilayah tidur, namun secara functional collapse, functional dalam konteks SDM, functional dalam konteks alat kesehatan, functional dalam kaitan oksigen obat dan sebagainya," sambungnya.

Maka dari itu, ia mendesak pemerintah perlu menimbang-nimbang regulasi terkait keadaan COVID-19 yang mengkhawatirkan, demi menekan jumlah pasien COVID-19 tak terus meningkat. Hal ini dikarenakan para tenaga kesehatan pun menyerupai telah tak ada relaksasi.

"Jadi yang kita intervensi merupakan lewat sebuah kebijakan agar segi functional tidak kolaps mulai dari sumber pemberdayaan kemudian menampilkan saluran terhadap penduduk agar flownya (kasus) tidak terlampau banyak," beber dia.

"Karena perlu ada upaya juga bagaimana teman-teman nakes di faskes ini ada fase yang mereka sanggup relaksasi, jikalau kini mereka digempur terus. Dengan keadaan yang ketika ini mesti ada upaya-upaya dari segi regulasi harus, ada percepatan regulasi," tutur Adib.

Adib meminta regulasi yang dibentuk mesti cepat dan menyesuaikan dengan keadaan kemajuan kasus COVID-19 di Indonesia ketika ini.



Simak Video "Relawan Pemakaman Malaysia Ketar-ketir Lihat Lonjakan COVID-19"
[Gambas:Video 20detik]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Oseltamivir-Azithromycin Tak Lagi Disarankan, Paket Isoman Covid-19 Berubah?

    Foto: Andhika Prasetia Jakarta - Rekomendasi modern para dokter tidak lagi memasukkan Oseltamivir dan Azithromycin sebagai obat terap...